Mbah Mbing Terima Pesanan Dahlan Iskan
Rabu, 25 Juli 2012 08:00:39 WIB
Reporter :
Brama Yoga Kiswara
Malang (beritajatim.com) -
Jika inovasi dunia kelistrikan dari tangan Slamet Haryanto (51)
diproduksi secara massal dan diakui secara Hak Atas Kekayaan Intelektual
oleh Negara, bisa jadi dunia listrik di Indonesia tak lagi membutuhkan
Perusahaan Listrik Negara (PLN).
PLN, pastinya tidak perlu repot
lagi membangun menara dan tiang-tiang listrik plus uluran rentangan
kabel yang jika dirupiahkan, cukup fantastis nilainya. "Butuh waktu lama
membuat Pembangkit Listrik Tenaga Hampa (PLTH) ini. Saya melakukan
riset dulu tahun 1997. Baru kemudian tahun 2008, alat PLTH ini saya
ciptakan. Setelah diuji coba ternyata berhasil dan bisa difungsikan
menerangi listrik di rumah," ungkap Mbah Mbing, sapaan akrab Slamet
Haryanto, penemu spektakuler dunia kelistrikan dengan PLTH temuannya,
Selasa (24/7/2012).
Saat ditemui Bupati Malang, Rendra Kresna dan
pejabat teras Pemkab Malang hari ini, Mbah Mbing nampak santai.
Sehari-hari, ia mengutak-atik arus rendah dan tegangan listrik di
rumahnya. Yang lucu, tempat kerja Mbah Mbing berbaur dengan warung pecel
milik istrinya. Ukuran lebarnya, tak sampai 5 meter. Mirip kamar tidur
kos-kosan seorang mahasiswa berkantong cekak.
Sedikitpun, Mbah
Mbing tidak punya bekal akademis jurusan teknik kelistrikan. Pria
separuh baya itu bahkan hanya lulusan sekolah dasar saja. Namun, berkat
keteguhan dan perenungan dirinya tentang masa depan kelistrikan, ia pun
melakukan serangkaian inovasi. Awal mulanya, Mbah Mbing diminta tetangga
dekat rumahya di Desa Ngroto, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang,
membuat aliran listrik ke kandang ternak ayam petelur.
Melalui
serangkaian uji coba dan keisengannya, Mbah Mbing justru menemukan alat
Pembangkit Listrik Tenaga Hampa (PLTH) hasil buah tangannya. Cara kerja
PLTH itu cukup diletakkan dalam rumah. Tidak berisik. Tidak menimbulkan
uap. Tanpa limbah dan tentunya ramah lingkungan.
Besar kecilnya
arus listrik yang dihasilkan, tergantung seberapa tinggi dan besarnya
alat kerja PLTH. Yang unik, penggerak listrik semacam bateray dalam
komponen PLTH buatan Mbah Mbing, memakai sabut dan batok kelapa. "Kalau
dengan limbah batu bara malah bagus. Cuman, untuk mendapatkan batu bara
juga susah," ucapnya.
Ia melanjutkan, seluruh rangkaian dalam
PLTH rata-rata berbahan baku bekas alias daur ulang. Hanya kapasitor
dalam rangkaian listrik saja yang harus membeli. "Kapasitor listrik kita
beli. Harganya Rp 850.000. Cukup mahal juga. Soalnya, saya tak mampu
membuatnya sendiri. Waktunya belum ada," tegas Mbah Mbing.
Atas
temuannya ini, Menteri BUMN yan juga Mantan Dirut PLN Dahlan Iskan
dikabarkan akan menemui Mbah Mbing dalam waktu dekat ini. Rencanannya,
Dahlan Iskan juga memesan 10.000 alat PLTH temuan Mbah Mbing dengan
kapasitas 3 fuse atau setara dengan 6000 sampai 13.000 watt.
Sedangkan PLN juga akan memesan alat PLTH sebanyak 1000 unit dengan kapasitas 1 fuse atau setara 3000 watt sampai 6000 watt.
Ditambahkan
Mbah Mbing, khusus pembuatan alat PLTH dengan 1 fuse, hanya memerlukan
biaya Rp.5 juta per unit. Sedang pembuatan PLTH dengan 3 fuse, bisa
menghabiskan dana sebesar Rp.15 juta per unitnya. "Seluruh pembuatan
alat ini menggunakan barang bekas. Yang baru hanya kapasitornya saja,"
pungkas Mbah Mbing yang sehari-hari, juga menerima pekerjaan service
dinamo di rumahnya. [yog/but]
sumber
|